Gue mau negblog pakai bahasa Indonesia aja di sini, kalau mau lihat English version, bisa check tumblr gue, walaupun isinya kebanyakan foto-foto yang well, random.
Gue mau cerita tentang seorang laki-laki yang (katanya sih) umur gue itu setengahnya umur dia. Kurang lebih 30-an. Daripada kebanyakan basa-basi, langsung aja kali ya gue cerita. So here's the story...
Waktu itu tanggal 5 Januari 2012, gue berkumpul di Tianhe International Airport, Wuhan, Cina. Waktu setempat menujukkan pukul 8 pagi dan saat itu gue sedang mengantri giliran gue untuk security check. Setelah melangkah sebanyak satu sampai dua langkah kecil, akhirnya garis batas berhasil gue lewatin dan passport langsung gue serahkan ke petugas counter buat cek boarding pass gue. Iya, boarding pass bukan passport. Tapi entah kenapa yang gue kasih itu passport beserta boarding pass yang terselip rapi didalamnya. Anyway, setelah dia menganggukkan kepalanya tanda gue untuk menjalani security check, gue pun maju dengan santainya membawa ransel JanSport ungu gue dan koper kecil gue yang warnanya juga ungu. Dua orang satpam laki-laki bermata sipit tapi ganteng menghadang gue. Mereka berkata sesuatu dalam bahasa mandarin yang sedikit gue pahami sambil menggunakan body language. Dengan tampang sok ngerti, gue menganggukkan kepala dengan mantap dan menaruh ransel serta koper gue ke alat security check. Mereka engga protes, berarti dugaan gue bener. Mereka mau gue untuk taruh barang bawaan ke alat yang kelihatan seperti eskalator mini. Setelah seluruh pemeriksaan selesai dengan lancar, gue berjalan sedikit ke depan menunggu teman-teman gue yang masih tertinggal di belakang.
Bosan. Itulah yang gue rasakan saat itu. Akhirnya gue menghampiri kursi terdekat dan melihat keadaan di sekitar gue. Banyak banget hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang di sini. Random banget! Misalnya... ada yang lagi sibuk sama iPhone kecenya, ada yang sibuk benerin coat tebalnya, ada yang sibuk beli souvenir di salah satu toko souvenir di airport, banyak banget deh. Tapi ada satu sosok yang menarik perhatian gue, jangan berpikir yang aneh-aneh dulu. Sosok ini adalah sosok laki-laki bertubuh tinggi, berkulit putih, rambutnya blonde, dan penampilannya seperti seorang business man. Satu hal yang langsung terlintas di pikiran gue, "Anaknya ganteng ngga ya?" hahaha. Dia terlihat sibuk membawa tasnya berwarna cokelat tua dan menenteng coat nya yang tebal. "Hello? Yes. Of course! Okay, I'll be there in about an hour or two. Right, see you! Bye." begitulah yang kata-kata yang gue dengar dari mulutnya yang kecil saat mengangkat handphone nya yang beremerk Sony Erricson. Iya, gue tahu merk handphone nya karena dia berdiri tepat di samping gue. Well, saat itu gue lagi duduk. Jadi untuk melihat wajah laki-laki ini, gue harus mengangkat kepala gue setinggi mungkin, tidak seluruh wajahnya bisa gue lihat. Dia menaruh kembali handphone nya dan berjalan cepat menuju ruang tunggu, entah di mana. "Linkan! Ayo!" sahut salah satu teman gue sambil melambaikan tangannya dan gue langsung berlari ke arahnya. "Sudah lengkap ya! Ayo!" kata Lao Shi (artinya 'guru' dalam bahasa mandarin). Gue beserta rombongan gue yang berkisar enam belas atau tujuh belas orang berjalan ke arah ruang tunggu.
Singkat cerita, setelah menunggu sekitar 30 menit, akhirnya announcer berbunyi dan menyatakan bahwa pesawat yang akan gue tumpangi siap buat boarding.
No comments:
Post a Comment